Di
sebuh perkampung hidup seorang gadis yang cantik jelita, ia bernama Orapyak. Ia
hidup bersama keluarganya yang diantaranya, Eerbiripit, Senbiwiripit, serta
Teweraut. Kampong itu, memiliki seorang kepala perang yang bernama Jisuw, ia memiliki
banyak istri. Walaupun kulitnya kasar alias kaskadu tapi ia memiliki rasa
memiliki terhadap, apa yang diingikan bagaimanapun caranya, salah satunya
memiliki istri.
Suatu
hari, Teweraut mengajak para pemuda dan pemudi untuk bermain, permainan Pukcem
(rumah-rumahan). Hari pertama mereka beramai-ramai mengambil tiang untuk
fondasi, hari kedua mereka mengambil kayu untuk kerangka rumah, hari ketiga
mereka mengambil daun dan menganyamnya. Setelah seluruh bahan sudah terkumpul,
Teweraut melihat bahwa mereka sangat banyak sehingga ia berpikir untuk membuat
rumah yang cukup besar agar bisa menampung semuanya. Akhirnya mereka putuskan
untuk membuat Jew.
Keesokannya
mereka membagi tugas ada yang membuat Jew, ada pula yang pergi menebang pohon
sagu dan tidak lupa mengambil ulat sagu. Teweraut memiliki saudara laki-laki
yang bernama Biwiripit, ia juga mengambil bagian dalam kegiatan membangun Jew.
Biwiripit selama beberapa hari saat mengambil seluruh bahan selalu bersama-sama
dengan Orapyak. Hal ini dilihat oleh kedua Orang tua, dari Orapyak dan mereka
sangat menyukai Biwiripit.
Tetapi
tidak dengan Jisuw ia sangat cemburu dengan kedekatan Biwipit dan Orapyak. Walaupun
Jisuw sudah memiliki banyak istri tapi dia juga menginginkan Orapyak sebagai
istrinya juga. Sehingga ia berjanji suatu saat akan memiliki Orapyak walaupun
bagaimana cara yang akan ia tempuh.
Jew
yang mereka bangun itu akhirnya selesai, semua orang diundang untuk merayakan
setelah beberapa mereka bekerja keras. Awalnya mereka hanya ingin merayakannya
dengan makan sagu dan ulat sagu yang mereka telah kumpul, tapi ada juga yang
mendapatkan bahan makanan lain. Acara pun berlangsung mereka bergembira menari
hingga menjelang malam. Tetapi bahan makanan yang mereka sediakan untuk acara
tidak habis termakan dan akhirnya mereka membaginya untuk dibawah pulang ke rumah
masing-masing.
Suatu
malam hujan deras turun, seluruh perahu milik masyarakat kampong tergenang air
hujan, salah satunya perahu milik keluarga Orapyak. Keesokan paginya, sang ayah
melihat kondisi perahu mereka sudah tenggelam yang diakibatkan oleh hujan deras.
Sang ayah pun meminta Orapyak untuk menimbah air yang ada didalam perahu
mereka. Orapyak menuruti perintah ayahnya dan ia bergegas menuju pinggiran
sungai lalu mengeluarkan air yang ada didalam perahu mereka. Hal ini rupanya
dilihat oleh Jisuw yang memperhatikan setiap pergerakan tubuh dari Orapyak. Karena
kemolekan tubuh dari Orapyak membuat gairah kelaki-lakian dari Jisuw tak
tertahankan lagi. Ia pun mengendap-endap ke pinggir kali, lalu menyelam dan
mendekati Orapyak berlahan-lahan. Setelah mendekati Orapyak dengan cerdiknya ia
menarik Awer (cawat) yang dikenakan oleh Orapyak, sontak Orapyak berteriak
minta tolong dan masyaratpun berdatangan.
Melihat
begitu banyak masyarakat yang datang membantu Orapyak, Jisuw bergegas menyelam
untuk menyelamatkan diri kembali ke rumahnya. Tetapi tidak disangka aksinya
itu, telah diketahui oleh kedua orang tua dari Orapyak. Sehingga kedua orang
tua, Orapyak memutuskan untuk segera mengawinkan anak mereka kepada Jisuw atau
Biwiripit. Keputusan kedua orang tuanya pun jatuh pada Jisuw, karena ia
merupakan kepala perang walaupun ia memiliki banyak istri.
Sore
itu juga, kedua orang tua Orapyak mengantar anak gadis mereka kepada Jisuw. Setelah
mereka menyampaikan bahwa kejadian tadi merupakan ulah dari Jisuw kepada orang
tua Biwiripit. Keluarga Biwiripit menerima keputusan yang diambil oleh orang
tua Orapyak, akan tetapi tidak dengan pamannya Biwiripit yang bernama
Baindosopit. Ia marah terhadap peristiwa ini, tetapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa karena Jisuw merupakan kepala perang yang ditakuti.
Akhirnya,
Baindosopit menyusun rencana untuk membunuh Jisuw, ia mengatur rencana itu
bersama Orapyak. Setelah mengatur rencana yang sudah mereka bicarakan Orapyak
pun pergi mengikuti orang tuanya. Pada malam hari Jisuw ingin tidur bersama
dengan Orapyak, akan tetapi gadis itu menolak dan memberikan persyarakatan
kepada Jisuw. Persyaratan yang diinginkan oleh Orapyak adalah ia menginginkan daging
musuh untuk dimakan dan musuhnya harus masih hidup. Persyaratan itu pun,
diterima oleh Jisuw demi wanita yang sudah diidam-idamkan selama ini.
Keesokan
harinya, Jisuw pergi menuju ke Jew dan memerintahkan semua kaum lelaki untuk
menggakat perahu ke darat untuk di bakar. Setelah itu mereka akan pergi kea rah
barat untuk berburu kepala manusia. Semua kaum lelaki menyetujui ucapan dari
Jisuw dan melakukan perintahnya.
Di
pihak lain, paman Biwiripit sedang memikirkan bagaimana caranya agar hal ini
tidak terlaksana. Salah satunya adalah dengan cara membunuh Jisuw sebelum
mereka pergi mengayau kepala manusia. Diam – diam Baindosopit mengambil ramuan
untuk mengguna-guna Jisuw. Guna-guna (Ramuan Magic) yang dibuat agar ketika
Jisuw nanti kehutan mengambil bahan untuk membakar perahu ia akan dimakan oleh
babi.
Di
hutan ada seekor babi betina yang sedang menyantap ulat sagu dari batang sagu
yang telah di tebang Jisuw tanpa tersisah. Setalah memakan ulat sagu milik
Jisuw, babi itu berbaring diatas daun-daun kering yang telah jatuh. Ketika Jisuw
sampai di tempat dimana batang pohon sagu yang telah ditebangnya beberapa waktu
lalu. Betapa kagetnya ia, karena semua ulat sagu telah habis ludas dimakan babi
betina, karena ia tidak mengetahui siapa yang telah mengambil ulat sagunya. Maka
ia, mengeluarkan kata-kata kasar kepada siapa saja yang telah mengambil ulat
sagunya, bahkan tidak sampai disitu jantung dan dagingnya pun akan dimakannya.
Karena
teriakan Jisuw yang cukup keras membuat babi itu terbangun. Akhirnya mereka
berdua berkelahi, perkelahian ini akhirnya membuat Jisuw kehilangan nyawanya. Babi
betina yang sedang marah setelah dimaki-maki oleh Jisuw, mengambil jantung sang
kepala perang dan memakan habis dagingnya hingga menyisakan kepala Jisuw. Ketika
menjelang malam, Jisuw tidak kembali semua istri menjadi risau, hari berganti
hari Jisuw tidak juga pulang. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari Jisuw ke
hutan, betapa kagetnya mereka melihat kepala dan ikatan ses milik Jisuw, mereka
pun menangis.
Kepala
Jisuw dibawah pulang ke rumah dan seluruh kampong berduka atas meningganya
kepala perang mereka. Setelah itu, seluruh istri dari Jisuw ada yang kembali ke
orang tua mereka ada pula yang menikah dengan masyarakat. Sedangkan istri muda Orapyak,
menikah dengan salah satu anak dari Jisuw. Jangan lupa….!!! ikuti terus blog
ini yang akan menampilkan hal-hal menarik mengenai suku Asmat.