Asal Mula Kelapa Menurut Suku Asmat

 


Sungai Fayit yang memanjang di Pantai Safan, terdapat sebuah kampong. Di kampong itu tinggal sebuah keluarga dari Biwiripit ia mempunya seorang istri yang bernama Teweraut dan anak mereka yang bernama Cipriw. Setiap hari Biwiripit sibuk dengan kegiatannya dengan berburu babi, kasuari, serta binatang hutan lainnya.

Rumah tinggal mereka tidak jauh dari dari Jew, diantara rumah mereka dengan jew terdapat sebuah pohon ucuw. Di pohon Ucuw hidup roh yang selalu membantu masyarakat kampung ketika dalam kesusahan. Karena Roh pohon Ucuw sendiri merupakan bagian dari para leluhur yang sudah meninggal.

Masyarakat kampong tidak pernah diganggu oleh Roh pohon Ucuw, tetapi beda dengan Cipriw, ia sangat takut terhadap roh pohon ucuw. Setiap kali Cipriw diminta oleh kedua orang tuanya pergi ke Jew untuk bergabung dengan teman-teman. Cipriw selalu berlari sekencang mungkin ketika melintas di depan pohon Ucuw, bahkan setelah sampai di Jew ia rmbungkus dirinya dengan tapin (tikar yang terbuat dari daun pandan hutan).

Situasi ini tidak hanya pada malam hari, siang haripun ia berlari karena ketakutan dirinya pda pohon ucuw. Tak terduga aktivitasnya selalu diamati oleh roh yang berada didalam pohon ucuw itu. Roh pohon itu penasaran dengan kelakuan Cipriw dan menganggap bahwa Cipriw tidak bersahabat dengannya seperti yang lain.

Suatu hari saat malam tiba, Cipriw melakukan hal yang sama, ketika sampai di dekat pohon ucuw dia berlari sekencang menuju ke Jew, lalu membungkus dirinya dengan tapin. Roh pohon Ucuw itu keluar dan pergi menuju ke Jew dan mengambil Cipriw beserta tapinnya dan membawanya ke pantai dan meninggalkannya disana. Ketika menjelang subuh, Cipriw terbangun dan kaget bahwa ia berada dipinggir pantai, tidak seperti biasanya  tidur bersama teman-teman nya di dalam Jew.

Cipriw segera bangun dan bergegas kembali ke dalam Jew, ditempat yang biasa dia tidur. Melihat hal itu roh pohon ucuw menjadi marah dan bergegas menuju ke Jew, lalu mengambil anak panah dan menusuk Cipriw dari pelipis kiri hingga ke pilipis kanan. Seketika membuat Cipriw meninggal dengan anak panah yang masih menempel ditempat.  

Ketika matahari mulai terang, semua orang yang tertidur mulai terbangun dan melakukan aktifitasnya masing-masing. Tidak dengan Cipriw ia masih terbungkus dengan tapin, ketika keluar salah satu temannya membangunkan Cipriw. Akan tetapi Cipriw tidak bergerak dan merespon panggilan dari temannya.

Melihat keadaan Cipriw yang tidak bergerak, temannya membuka tapin yang membukusnya. Ketika tapin terbuka maka betapa kaget temannya, ketika melihat kondisi Cipriw yang kedua pelipisnya tertusuk anak panah. Akhirnya semua orang dipanggil termasuk ayah dan ibu Cipriw untuk melihat peristiwa itu. Akhirnya semua masyarakat kampong berkabung untuk menghormati meninggalnya Cipriw.

Senjapun datang, matahari tergelincir di langit sebelah barat, seolah dalam cahaya pucat yang muran bersedih mengiringi tempat pembaringan terakhir Cipriw. Ketika Cipriw dibawah ketempat peristirahatannya yang terakhir di Jewsen, anak panah yang menancapnya tidak dicaput.

Keesokan paginya, ada pohon yang tumbuh dipusaran Cipriw, lambat laun pohon itu tumbuh semakin tinggi dan menghasilkan buah. Seluruh keluarga dari ayah dan ibu Cipriw mereka menyaksikan pohon yang tumbuh di pusaran Cipriw. Karena mereka belum mengetahui nama pohon itu, mereka mencoba mengambil buahnya serta membelahnya dan memperhatikan bentuk dari buah itu.

Setelah mereka mengambil buah dan memperhatikan bentuk, isi dan air, setelah itu diberikan kepada anjing. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah air dan isinya bisa dikonsumsi oleh mereka. Setelah anjing memakan dan meminumnya, ternyata anjingnya tidak mati, lalu akhirnya mereka beramai-ramai mengkonsumsinya tanpa tau apa nama buah itu.

Setelah beberapa waktu berselang kedua orang tua dari Cipriw mendapatkan pesan dalam mimpi bahwa nama buah itu adalah Jisin yang artinya kelapa. Sehingga ketika menjelang pagi, ayah dan Ibu Cipriw pergi ke Jew dan menginformasikan bahwa pohon yang tumbuh dipusaran anaknya bernama Jisin. Tapi adapula yang menyebutnya Akayamanmak, artinya buah itu berasal dari orang yang sudah meninggal.  Jangan lupa….!!! ikuti terus blog ini yang akan menampilkan hal-hal menarik mengenai suku Asmat.

  

 

etnografi

1 Comments

Previous Post Next Post