Asal Mula Terjadinya Sungai Sirets

  


Konon, di atas batu-batu lereng sebuah gunung hiduplah seorang yang bernama Wai, ia tinggal bersama anak gadisnya yang bernama Terautet. Di seputar tempat tinggal mereka tumbuh sebatang pohon sagu, yang berenama Ambas Jitow, setiap kali Wai berburu pohon sagu itu, selalu dibersikan dan diberi tanda. Wai mengumpulkan daun kering dengan maksud, supaya jangan ada orang lain datang dan menebang untuk diolah menjadi sagu. Ada pula seekor ular phiton bernama Bindiw melakukan hal yang sama yang seperti yang dilakukan oleh Wai terhadap Ambas Jitow.

Pada suatu waktu Wai bersama Taraut kehabisan bahan makanan. Wai mengambil peralatan berencana  untuk pergi mengambil sagu dari pohon yang sudah dipersiapkannya. Sesampai ditempat dimana pohon sagu itu berada, Wai mengayunkan kampak batunya ke batang sagu itu. Tidak diduga pohon sagu itu bersuara dengan berteria “Ayua…. Biniaaaa… beaaa..!!! yang dimana teriakan ini seolah-olah memanggil Bindiw yang sudah merawatnya dari kecil hingga besar. Mendengar teriakan Ambas Jitow, sampai terdengar oleh Bindiw yang tidak jauh dari Ambas Jitow.

Bindiw pun mendekati tempat itu dan melihat Wai yang telah mengupas dan menokok Ambas Jitow. Baru separuh perjalanan Wai merasah lelah dan berkeinginan untuk istirahat sejenak akibat panasnya sang surya. Disela-sela istirahatnya Bindiw menggunakan magic untuk membuat Wai tertidur lelap.

Setelah itu, Bindiw mendekati Wai yang tertidur lelap kemudian membuka mulutnya dan menelan Wai. Didalam perut Bindiw, Wai sadar dan terbangun, lalu ia pun berteriak dengan suara sekeras-kerasnya. “Wuaaaa…!!! Wuaaa…!!! Dor icimnimaramaa…!” Yang artinya saya berada dalam keadaan gawat dan sungguh mengerikan!!.

Walaupun berada didalam perut Bindiw, Wai terus berupaya berteriak meminta bantuan kepada anak perempuannya. “Taaraut!!! Taaaruautaaa..!!!” suara Wai terdengar oleh Taraut ia pun bergegas ke sumber suara. Sesampai di sumber suara Taraut melihat Bindiw yang sedang berontak akibat dari Wai yang terus berupaya agar bisa keluar dari perut Bindiw. Taraut memanggil ayahnnya dengan suara keras, mendengar suara Taraut, Wai berpesan kepada anaknya untuk secepatnya mencabut ot, alat penyaring sagu dan peralatannya dan pergi mencari bantuan. Dimana jika ada yang bisa membunuh Bindiw sebagai balasannya Taraut menjadikannya sebagai suami, demikian pesan Wai.

Taraut pun pergi dan berlari sekencang-kencang meminta pertolongan kepada siapa saja yang berada disekitar hutan. “Yao u openaaa..!!!” yang artinya adakah orang dihutan ini. Suara Taraut terdengar oleh masyarakat dari beberapa kampong yang tidak jauh dari tempat Taraut berada diantaranya; Ewerkap, Waise, Acakap, Amberepakap, Yepemakap, Ndendewakap, dan Yaunakap.

Masyarakat dari kampong-kampung itu berkumpul dan menemukan Taraut yang terengah-engah akbibat dari lari untuk meminta bantuan. Masyarakatpun menanyakan ada apa gerangan sampai Taraut berteriak minta tolong. Teraut menceritakan kejadian yang menimpah ayahnya Wai yang ditelan oleh Bindiw. Mendengar kisah itu, masyarakat kampong beramai-ramai menuju tempat dimana Wai di telan Bindiw.

Sesampai ditempat kejadian, masyarakat ada yang menombak kepala dan ekor Bindiw hal ini yang membuat Bindiw menjerit kesakitan dan berlari kearah hulu. Dalam proses pelarian Bindiw ke arah Hulu diikuti dengan turunnya hujan yang deras, kilat yang menyambar, dan Guntur yang bergemuruh terus mengikuti jejak Bindiw yang menuju ke arah hulu.

Dari kejadian itu, maka terbentuklah sebuah aliran sungai yang sangat panjang. Hingga kini, jejak Bindiw yang membuat terbentuknya sungai dikenal dengan nama Sungai Sirets. Diakhir kisah Bindiw pun mati dan terdampar tepat di bagian anak sungai Amumpun dimana dagingnya disantap oleh masyarakat yang memburunya. 

Versi : Rumpun Bismam

         

etnografi

Post a Comment

Previous Post Next Post