Jipir
seorang laki-laki yang takut akan air, bahkan ketika ikan membuat kepakan ekor
di air jipir pasti akan terkejut dan menghindari dari air. Jipir memiliki istri
yang cukup banyak mereka tinggal anak kali Pit yang terhubung langsung dengan
kali Sirets.
Keseharian
Jipir ia selalu memasang Sero (Alat penangkap ikan) ketika air mulai pasang
pada anak kali dengan menggunakan kayu panjang untuk memasang sero. Ketika air
mulai surut ia akan pergi untuk mengambil hasil tangkapannya.
Hari demi hari penangkan selalu seperti biasa, ia
selalu membawa pulang hasil tangkapan yang banyak untuk di makan bersama. Tapi
hari kemalangan pun tiba dimana Jipir seperti biasa memasang sero pada anak
kali yang sama. Akan tetapi pada saat itu air, tidak surut seperti biasanya
rupanya air konda saat itu.
Sipir
terus memperhatikan air di anak kali itu, kapan air ini akan surut cetusnya
dalam hati. Hari sudah mulai sore menjelang malam akhirnya Sipir memberanikan
diri untuk mengambil sero dengan sebatang kayu. Waktu mencoba mencari-cari
dimana sero yang dipasang itu berada, ia bergantungan pada dahan pohon. Ketika
sedang mengayunkan kayunya tiba-tiba seekor ikan melompat dan mengepakan
ekornya dan membuat riuh air yang besar. Seketika itu juga Sipir berlari
ketakutan meninggalkan seronya, pulang ke rumah.
Sesampai
di rumah semua istri Sipir bingung ada apa dengan suami mereka yang kelihatan
ketakutan dan hanya terdiam. Salah seorang istri bertanya kepadanya mana ikan
yang ia dapat, tetapi sipir mengatakan bahwa ia tidak memperoleh apa-apa.
Hari
demi hari masih saja sama, sipir tidak membawa hasil apa-apa karena air masih
tetap konda. Hal ini membuat semua istrinya penasaran dengan apa yang terjadi.
Keesokan harinya mereka mengikuti sipir dari belakang dan mereka menyaksikan
apa yang dilakukan oleh suami mereka bahwa ia benar-benar takut terhadap air.
Akhirnya,
sipir pulang dengan tangan hampa ke rumah. Merlihat hal itu, istri-istri sipir
pergi mengambil sero yang sudah dipasang beberapa hari lalu. Mereka mengambil
ikan dan bergegas pulang ke rumah. Sesampai dirumah para istri sipir membakar
ikan dan sagu lalu membangunkan sipir untuk makan.
Melihat
ikan yang banyak, sipir bertanya kepada para istri dari mana ikan – ikan ini
berasal. Para istri mengatakan bahwa mereka mengambil sero yang dipasang sipir
beberapa hari lalu. Karena ketahuan bahwa sipir takut akan air, ia meminta
kepada istri-istrinya untuk tidak mengatakan kepada masyarakat kampong akan
kekurangannya itu.
Sambil
menyantap ikan dan sagu, sipir tergiur dengan ikan water (ikan tulang) ia
menyuruh salah satu istrinya untuk membakar ikan itu untuk disantap. Dengan
penuh lahap sipir menyantap ikan water itu, tidak disangka tulang ikan water
tersangkut pada tenggerokannya. Hal ini membuat Sipir kesakitan dan
memberontak, semua istrinya mencoba menolongnya. Tapi semua pertolongan yang
mereka berikan sia-sia , sipir akhirya meninggal akibatb dari tulang ikan yang
menyangkut di lehernya.
Semua
istri Sipir bersedih dan seluruh masyarakat kampong bergabung karena kepergian
Sipir. Jangan lupa….!!! ikuti terus blog ini yang akan menampilkan hal-hal
menarik mengenai suku Asmat.