Dian duduk di sudut ruangan kecilnya dengan mata berbinar, memeriksa setiap detail pada kamera sederhana yang baru dia dapatkan. Sebagai seorang siswa SMP yang ingin mengejar mimpi sebagai pembuat film, kameranya adalah harta karun terbesarnya.
Suatu hari, guru sejarahnya memberi tugas istimewa: merekam sejarah napak tilas leluhur, khususnya tentang Suku Asmat yang masih menjaga tradisinya hingga saat ini. Dengan hati yang penuh semangat, Dian mengembara ke pedalaman Papua untuk menemui Kakek Beworpits, seorang tetua yang dikenal sebagai penjaga cerita-cerita masa lalu.
Ketika kamera mulai merekam, Kakek Beworpits mulai membagikan kisah-kisah yang dipenuhi dengan hikmah dan kearifan nenek moyang. Dian tidak hanya mendengarkan, tetapi juga belajar untuk memahami bahwa teknologi tidak hanya tentang kesenangan dan hiburan, tetapi juga tentang tanggung jawab dan penghormatan terhadap warisan budaya.
Setelah wawancara selesai, Dian tersadar bahwa kearifan Kakek Beworpits adalah harta yang lebih berharga daripada apa pun yang pernah dia temui di dunia teknologi. Dia belajar bahwa keberanian untuk menggali lebih dalam ke dalam sejarah adalah kunci untuk membangun masa depan yang kuat.
Dengan hati yang penuh inspirasi, Dian kembali ke kampung halamannya. Dia memutuskan untuk menggunakan bakatnya dalam pembuatan film untuk menyebarkan pesan tentang kearifan nenek moyang dan nilai-nilai budaya yang mendasari. Setiap frame yang dia rekam tidak hanya sekadar gambar, tetapi juga sebuah cerminan dari kehidupan yang penuh makna dan pelajaran berharga.
Dian mengajarkan kepada kita semua bahwa teknologi adalah alat yang hebat, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menggunakan alat itu. Semoga kita semua dapat menghargai warisan budaya kita dan menggunakan teknologi dengan bijak untuk mewujudkan perubahan yang positif dalam dunia ini.
Semoga cerita ini dapat memberikan inspirasi dan nasehat kepada kaum muda untuk menghargai warisan budaya dan menggunakan teknologi dengan bijak.