keindahan alam Asmat


Foto by Joseph R

Cerpen :
Misteri di Kali Famborep

Kali Famborep merupakan sebuah aliran sungai yang tenang dan mengalir di pinggir kampung Syuru. Suasana di sepanjang kali ini masih alami sepanjang mata memandang, walaupun sebuah befak (rumah singgah untuk mencari makan) berdiri kokoh di tepiannya. Kali Famborep bukan sekadar sungai biasa, melainkan penghubung antara kali Asuwet dengan kali Jat. Masyarakat yang tinggal di kampung-kampung di bagian selatan sering menggunakan kali ini sebagai jalan pintas, menghindari perjalanan panjang menyusuri kali Asuwet dan laut.

Dengan canda dan tawa, sekelompok anak muda dari kampung Syuru berjalan menyusuri tepian Kali Famborep. Mereka adalah Rio, Tika, Danu, dan Maya. Hari itu, mereka memutuskan untuk menjelajahi hutan bakau yang berada di tepi kali, mencari petualangan di tengah alam yang masih liar dan belum terjamah manusia.

"Kita harus hati-hati, ya," kata Rio sambil memimpin rombongan. "Siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu yang menarik di sini."

"Benar juga, Rio," sahut Tika, sambil menyusuri jalanan setapak yang diapit oleh pohon-pohon bakau yang rimbun. "Aku mendengar bahwa hutan bakau ini menyimpan banyak misteri."

"Kicauan burung-burung di sini terdengar indah sekali," tambah Danu, mengamati sekeliling dengan penuh antusiasme.

Maya mengangguk setuju. "Ayo terus berjalan, siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu yang menarik."

Mereka terus melangkah, melewati terowongan alami yang tercipta oleh akar-akar pohon bakau yang menjulang tinggi di atas mereka. Cahaya matahari yang tembus melalui celah-celah dedaunan memberikan sentuhan magis pada suasana hutan.

Tiba-tiba, mereka terdiam saat mendengar suara aneh yang terdengar dari arah depan. Suara gemeretak seperti langkah kaki, tetapi tidak ada yang terlihat.

"Apa itu?" bisik Tika, memandang sekeliling dengan cemas.

"Kita harus waspada," kata Rio, mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. "Siapa tahu ada binatang buas di sekitar sini."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, tetapi suara gemeretak semakin mendekat. Tiba-tiba, mereka melihat bayangan yang bergerak di antara semak-semak.

"Hati-hati!" teriak Danu, bersiap-siap menghadapi ancaman yang mungkin datang.

Namun, alih-alih binatang buas, yang muncul di hadapan mereka adalah seorang anak kecil yang berjalan sendirian di tengah hutan bakau.

"Siapa kau?" tanya Maya dengan penuh keheranan.

Anak kecil itu tersenyum lebar. "Aku adalah Ani, penduduk desa sekitar. Aku suka menjelajahi hutan ini sendirian."

"Mengapa kau sendirian di sini?" tanya Rio, mengamati anak kecil itu dengan tajam.

Ani menghela nafas. "Ayahku adalah seorang nelayan, dan dia sering bekerja di laut. Ibuku telah pergi meninggalkan kami beberapa tahun yang lalu. Aku sering merasa kesepian di rumah, jadi aku lebih suka berada di sini di tengah alam."

Rio, Tika, Danu, dan Maya merasa simpati terhadap Ani. Mereka memutuskan untuk mengajak Ani bersama mereka menjelajahi hutan bakau, memberinya kesempatan untuk menikmati kebersamaan dan keindahan alam.

Selama perjalanan, Ani menceritakan berbagai kejadian aneh yang sering terjadi di sekitar Kali Famborep. Dia mengatakan bahwa sering kali dia mendengar suara-suara aneh di malam hari, dan terkadang melihat cahaya misterius memancar dari dalam hutan.

"Mungkin ada makhluk gaib yang tinggal di hutan ini," kata Ani dengan serius.

"Apakah kau yakin itu tidak hanya imajinasimu saja?" tanya Maya dengan candaan.

Ani menggeleng. "Tidak, aku yakin ada sesuatu di sini. Banyak penduduk desa yang percaya bahwa hutan ini dihuni oleh makhluk gaib yang menjaga kelestarian alam."

Rio, Tika, Danu, dan Maya semakin penasaran dengan cerita Ani. Mereka memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang misteri yang mengelilingi Kali Famborep.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di suatu tempat yang terlihat sangat aneh. Di tengah hutan bakau, terdapat sebuah gua besar yang tersembunyi di balik semak-semak.

"Sepertinya kita menemukan sesuatu," kata Danu dengan penuh kegembiraan.

Mereka memasuki gua tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya, mereka menemukan ruang besar yang dihiasi oleh gambar-gambar prasejarah yang terukir di dinding gua.

"Ini sungguh luar biasa," kata Tika dengan kagum. "Mungkin ini adalah bukti bahwa tempat ini pernah dihuni oleh peradaban kuno."

Namun, kekaguman mereka terhadap keindahan gua itu segera tergantikan oleh rasa takut saat mereka mendengar suara aneh yang datang dari lorong yang gelap di ujung gua.

"Apakah itu suara apa?" bisik Maya, gemetar.

Tanpa diduga, dari lorong yang gelap itu muncul sekelompok makhluk aneh yang bercahaya, seperti roh- roh kecil yang menyala. Mereka mengelilingi rombongan anak muda itu, memancarkan cahaya yang menerangi seluruh gua.

"Kita harus pergi dari sini sekarang juga!" teriak Rio,


etnografi

Post a Comment

Previous Post Next Post