Perjalanan
mencari bahan makanan membuat mereka menjadi lelah dan kemudian memilih untuk
beristirahat sejenak melepas pengapnya mentari dan dinginnya malam, setelah
berhari-hari mencari bahan makanan. Pada saat beristirahat kedua anjing
peliharaan mereka berusaha mencari sumber makanan dengan berkeliaran di seputar
tempat istirahat mereka. Tak terduga anjing mereka menyalak-nyalak, tampak
gembira, hal ini membuat Bioripit terheran-heran. Lalu Bioripit mendekati kedua
anjing dan memeriksa sebatang pohon yang dikelilingi kedua anjingnya itu. Sejak
saat itu beoripit bersama keluarganya tidak pernah merasa kekurangan bahan
makanan.
Sejak
saat itu, pohon itu dikenal dengan nama Pohon Sagu yang menjadi makanan pokok
Suku Asmat. Sagu menjadi makanan utama dalam setiap hidangan makanan baik,
pagi, siang maupun malam. Untuk memperoleh sagu yang bisa dikonsumsi, harus
menotok, menyiram dengan air dan menyaring serta mengendapkannya. Hasilnya itu
akan didapatkan sagu yang putih dan sedap rasanya.
Dalam
kisah ini juga, membuat Beoripit memiliki anggapan bahwa ia merupakan pemilik
sah atas pohon sagu yang ditemukannya. Hal ini yang membuat ular sanca merah
menjadi marah, karena ia juga mengklaim sebagai pemilik pohon sagu yang sama ditemukan
oleh Bioripit.
Suatu
hari ketika bioripit pergi untuk menokok sagu, secara diam – diam diikuti oleh
ular sanca merah. Pada saat Bioripit melakukan proses penokok sagu, ular sanca
merah melilitnya dan menelanya hidup – hidup yang disaksikan oleh istri dan
anaknya.
Kematian
Bioripit membuat sang anak yang bernama Teweraut menangis tak henti-henti, baik
itu pagi, siang hingga malam. Tangisan itu, terdengar sampai ke telinga seorang
lelaki perkasa, yang akhirnya membantu Teweraut membunuh ular sanca marah. Setelah
ular sanca merah dibunuh, terhentilah tangisan Teweraut dan menjadikan lelaki
yang membunuh ular sanca merah itu, sebagai suaminya.
Jangan
lupa….!!! ikuti terus blog ini yang akan menampilkan hal-hal menarik mengenai
suku Asmat.
Dormom…o….